Feb 10, 2011

Senyuman Para Pensiunan

Hisbi hasbuloh, begitulah nama lengkap yang tertera pada akte kelahiran yang dicetak 23 tahun yang lalu dan Alhamdulillah sampai sekarang masih tetap seperti itu.  Satu tahun yang lalu saya baru lulus dari program diploma (D3) di salahsatu politeknik swasta di Kota Kembang. Seperti kebanyakan mahasiswa/i yang telah lulus, target selanjutnya adalah mencari kerja atau kuliah lagi atau mungkin berkeluarga.Untuk saya pribadi mencari kerja setelah lulus kuliah adalah suatu keharusan. Mencari-cari lowongan pekerjaan adalah hal yang wajib dilakukan setiap hari. Ke warnet dan chek email adalah rutinitas yang tidak boleh terlewat. Mencari-cari informasi dan mengikuti  job expo atau career center adalah usaha untuk mencari peluang mendapat pekerjaan yang diinginkan.
Surat lamaran, CV, legalisir nilai dan legalisir Surat Kelulusan (sebelum dapat ijazah) adalah barang-barang yang persediannya harus selalu ada. Akhirnya dari beberapa surat lamaran yang dikirim, ada juga panggilan dari salahsatu perusahaan untuk mengikuti psikotes dan serangkain tes lainnya. Saya sangat bersyukur, perusahaan ini dapat menerima saya dengan segala kemampuan saya yang serba pas-pasan. Saya sangat bersyukur, saya bisa lulus dalam tes tersebut. Tadinya  saya tidak menyangka bisa lulus. Tapi tidak ada yang tidak mungkin kalau kita mau berusaha, berdo’a dan berpasrah pada-Nya. Setelah lulus tes, training dan pemberian materi tentang produk-produk perusahaan sudah menanti di depan mata. Jenuh dan kantuk selalu menemani setiap materi diberikan. Semua materi yang diberikan berupa hafalan dan teori, dan celakanya saya sangat sangat sangat tidak suka menghafal dan teori. Dari semenjak Sekolah Dasar, saya memang tidak menyukai materi yang berbau hafalan dan teori. Hasil dari training dan ujian pemahaman produk bisa dikategorikan lumayan. Rasanya bangga sekali ketika dilantik dan telah secara resmi menjadi pegawai di perusahaan tersebut. Meskipun dengan gaji yang standar, tapi itu sudah lebih dari cukup untuk menghidupi saya yang masih belum berkeluarga. Rasa tidak bersyukur ini mulai muncul ketika melihat orang lain mempunyai gaji  lebih besar dan fasilitas yang lebih banyak. Ada sedikit rasa sesal juga ketika mengetahui bahwa saya ditempatkan di luar pulau Jawa. Kenapa dulu tidak memilih yang lain saja daripada yang sekarang, penyesalan itu terus menghantui fikiran saya. Tapi akhirnya dijalani juga walaupun masih setengah hati.

Setelah beberapa bulan bekerja di perusahaan tersebut, saya berusaha untuk menerima kenyataan yang ada. Tapi masih belum bisa juga. Apalagi saya ditempatkan pada posisi yang tidak sesuai dengan keahlian yang saya pelajari dulu sewaktu kuliah.  Hal itu membuat saya tidak betah bekerja dan tidak menikmati pekerjaan saya. Saya masih sering menyesali dengan keputusan yang pernah diambil dulu, sampai pada suatu saat saya menemukan pemandangan yang sangat menggugah hati saya. Setiap tanggal 4 setiap bulannya, di kantor saya selalu dilakukan pembayaran uang pensiun untuk pensiunan ABRI dan PNS. Para pensiunan  itu begitu riuh di ruang tunggu. Sambil menunggu giliran namanya dipanggil mereka terlihat mengobrol dengan teman sejawatnya dulu. Tertawa dan terlihat ekspresi bahagia dalam raut wajah yang sudah tidak muda lagi itu. Saya tahu persis uang pensiunan mereka itu berapa. Kalau dibandingkan dengan gaji saya, jelas lebih besar gaji saya. Tapi mereka tersenyum bahkan tertawa menerima uang pensiunan mereka. Samasekali tak ada raut wajah sedih. Padahal menurut pendapat saya, semakin bertambah umur  maka semakin banyak kebutuhan.  Saya pun mengerti, mereka bahagia bukan karena uangnya, tapi mereka bahagia karena rasa bersyukur atas hasil jerih payah mereka dulu. Hal itu yang mungkin sudah saya lupakan, rasa syukur dan ikhlas atas nikmat yang telah diberikan oleh-Nya. Sekecil apapun itu, itu adalah nikmat yang patut kita terima dan kita syukuri.

Di luar sana masih banyak pengangguran, di luar sana masih banyak orang yang mencari lowongan kerja, di luar sana masih banyak orang yang tidak bisa makan, di luar sana masih banyak yang tidak bisa mengenyam pendidikan, di luar sana… di luar sana… di luar sana masih banyak contoh yang bisa membuat kita untuk bersyukur dan lebih bersyukur atas apapun yang kita terima. Bila kita bersyukur, maka Tuhan pun akan menambah nikmat kita. Itu yang saya dengar dan tau.



Senyuman para pensiunan itu telah mengubah pola fikirku selama ini. Senyuman para pensiunan itu membawa perubahan baru dalam hidupku. Terimakasih atas senyummu.

2 comments:

ESSIP said...

Alhamdulillah sya pun bisa lepas dari status pengangguran, meski sekarang cuma jadi seorang tukang sapu warnet..... semangat brade...

Unknown said...

yupp...sudah seharusnya kita bersyukur dengan apa yang kita punya brade..meskipun sedikit (menurut manusia) tetap patut disyukuri..
makasi dah berkunjung brade..^^

Post a Comment

jangan kapok komen lagi.hehehe...