Jan 15, 2011

Tangan-tangan Tuhan

Pohon-pohon basah itu terus menjauh dan menjauh. Bertransformasi menjadi sebuah titik hitam kecil. Bak susunan kotak-kotak pixel dalam sebuah pencitraan fotografi. Titik-titik itu kemudian hilang disapu kabut pagi yangmulai turun. Tampak disebelah kiriku, dinding bebatuan menjulang angkuh. Menunjukan keperkasaannya. Tetesan air hujan membasahi setiap lekukannya. Mungkin dinding batu tua ini merupakan sisa dari keelokan bukit-bukit yang membentang dihadapanku. Bukit yang dipaksa mengalah dan tunduk patuh pada peradaban manusia.
Bis yang aku tumpangi terus melaju, menuju ke tempat peradaban manusia yang lebih maju. Menuju sebuah kota yang pada bulan Maret 1946 dibumihanguskan oleh rakyatnya sendiri. Bukan karena mereka tak cinta. Bukan karena mereka benci tapi karena mereka tak ingin kotanya diduduki penjajah bangsa. Paris Van Java, begitu akrab nama itu ditelingaku.

Imajinasiku mulai menerawang jauh. Melamunkan sesuatu yang abstrak. Takkan ada yang tahu dan mengerti. Hanyalah aku yang bisa mengerti filosofi dibalik lamunanku. Lamunan panjang yang akan membawaku ke alam yang aku ciptakan dan mimpikan. Lamunan panjang pengantar untuk mengantarku ke alam bawah sadar yang tak bertepi. Tak terasa, aku sudah sampai diterminal Cicaheum. Muara bagi kendaraan yang datang dari arah Timur. Muara yang berfungsi sebagai tempat pemberhentian sementara untuk melanjutkan perjalanan ke jantung kota Kembang ini. Manusia-manusia dari berbagai pelosok negeri mengadu nasib di kota ini. Mencari rupiah untuk kehidupan yang lebih baik. Begitu juga aku. Dengan bermodal surat lamaran dan legalisir ijazah, aku pergi ke kota ini untuk mengadu peruntungan dan untuk selangkah lebih maju meraih cita-cita yang telah aku gantungkan dahulu pada pohon harapan.
Aku adalah seorang ahli madya lulusan prodi kebidanan. Gelar AMKeb selalu bersanding setia pada akhir namaku. Tapi apalah arti sebuah gelar tanpa mengaplikasikan apa yang telah diserap oleh otak selama 3 tahun ini. Hanya akan menjadi pengetahuan usang yang akan sulit dicari tanpa tahu dimana harus mencarinya pada labirin-labirin ingatan. Mencari pekerjaan sepertinya adalah hal yang mutlak bagiku setelah lulus. Masih banyak yang aku inginkan. Aku selalu membayangkan bisa membeli baju, celana, sepatu, lipstik, bedak dan berdandan seperti wanita lain dengan hasil kerja kerasku.
Aku mulai menuruni anak tangga bis yang telah mengantarkanku pada pos pertama sebelum menuju pusat kota. Tak menyangka aku bisa menginjakan kaki di kota ini. Karena tiga hari yang lalu, kejadian ini hanyalah sebuah angan-angan kosong seorang pengangguran. Aku mulai menyusun kembali kepingan-kepingan ingatan dikala itu. Mengenang dan mengagumi apa yang terjadi.
"Maaf baru bales, baru bangun. Ya..hari ini jadwal pengumumannya. Mudah-mudah saja masuk ya.. Mungkin nanti sekitar jam 8-an mau berangkat ke warnet untuk melihat hasil pengumuman resminya. Doain yaaa....^^" Begitulah isi pesan singkat pada temanku pagi itu yang menanyakan aku lulus tidaknya tes tahap pertama. Ku tengok jam dinding sudah menunjukan jam 4 lewat 35 menit. Aku bergegas mandi dan bersiap-siap untuk menunaikan shalat Shubuh. Seusai shalat, kupanjatkan do'a kepada Sang Pencipta supaya aku diberikan tiket untuk mengikuti tes tahap selanjutnya. Jarum jam di dinding serasa tak berputar dan tak bergerak. Begitu lama waktu bergerak. Rasa penasaran ini tak tertahankan lagi. Sekitar jam 7 pagi aku keluar dari rumah untuk membunuh kebosanan yang sudah mencapai titik kulminasi diriku. Pagi itu, aku menyusuri trotoar yang masih ditumbuhi rumput. Embun pagi pun masih bergelayut enggan jatuh ke bumi. Ya..rencanaku hari ini adalah ke warnet untuk melihat pengumuman tes. "IHSAN NET-Buka 24 Jam", Akhirnya aku sampai di warnet langgananku. Warnet yang tak terlalu 'jauh' dari tempatku tinggal hanya sekitar 45 menit dengan berjalan kaki.
"Assalamu'alaikum..."
"Mas, masih ada tempat yang kosong?" Tanyaku pada penjaga warnet yang tampak sedikit masih dihinggapi rasa kantuk.
"Waalaikumsalam.. Masih banyak Neng.."
"Pilih aja.."
"Bebas mau yang mana juga.. Ko tumben pagi-pagi dah kesini?" Tanya dia. Penjaga warnet itu memang sudah mengenalku, karena aku memang sering kesini hanya untuk sekedar mencari bahan tugas atau ise-iseng bermain facebook.
"Ya pengen aja.. Ga boleh gitu?" Jawabku sedikit bercanda.
"Hehehe..ya boleh-boleh saja. Masa ada rezeki ditolak"
"Mau paket yang berapa jam?" Tanya dia.
"Pengen paket yang 3 jam, tapi bayarnya yang paket 2 jam. Bisa ga?" Jawabku, sedikit 'merayu'.
"Ohh..tidak bisaaa.." jawab dia, sedikit menirukan gayanya Sule pada salah satu acara parodi lawak tv swasta.
"Hahaha..ya udah, yang 2 jam saja deh"
"OK dehh..komputer 5 ya."
Meskipun masih pagi, ternyata ada saja orang yang sudah nongkrong di depan komputer. Aku pun duduk di tempat nomor 5.
Aku bisa merasakan bagaimana jantungku berdegup tak beraturan dan tak bernada. Rasa cemas dan deg-degan bercampur aduk menjadi satu. Aku mulai membuka browser dan mulai mengetikan URL website resmi tempatku melamar kerja. Ku ketik satu persatu nomor peserta yang tertera pada kartu peserta. Sedikit demi sedikit, halaman web itu mulai menampakan wajahnya. Malu-malu sekali sepertinya.
"Selamat Anda berhasil lolos seleksi tahap pertama." Rasa bahagia langsung menyeruak dalam diriku. Betapa senangnya aku mendapatkan kesempatan untuk mengikuti tes selanjutnya. Mataku terus menelusuri pengumuman tersebut sampai aku terhenti pada sebuah kalimat yang menerangkan bahwa tempat tesnya dipisahkan sekitar 110 Km dari tempatku tinggal sekarang. Mungkin bagi sebagian orang, ini bukanlah masalah besar. Tapi bagi aku yang hidup serba pas-pasan. Rasanya cukup berat. Orang tuaku bukanlah orang yang berada. Untuk mengecap bangku kuliahpun, aku hanya dibiayai oleh kakak tiriku sendiri. Aku malu jika terus merepotkannya. Aku harus berusaha mencari uang sendiri tanpa merepotkan orang lain, untuk melanjutkan tes penerimaan pegawai tahap berikutnya.
Tiga hari telah berlalu setelah pengumuman tersebut. Setidaknya besok aku harus sudah berangkat ke Bandung supaya semuanya berjalan sesuai rencana. Aku mulai ragu untuk mengikuti tes tahap selanjutnya. Uangku hanya tersisa lima puluh empat ribu lagi. Aku rasa uang sebesar itu takkan cukup. Untuk tempat menginap pun masih bingung akan kemana. Hotel? Tak mungkin aku memilih pilihan tersebut. Untuk ongkos dan kebutuhan disana saja masih kurang. Banyak teman-temanku yang menuntut ilmu di Kota itu, tapi aku segan untuk meminta pertolongan mereka. Sudah menjadi sifatku yang selalu enggan meminta pertolongan orang lain. Aku sudah berusaha kesana kemari. Meminta pinjaman pun sudah aku lakukan. Tapi, hanya kekecewaan yang aku dapatkan.
Pagi ini ragaku mulai lelah. Otot pun tak bisa diajak kompromi. Fikiran putus asa telah merasuk dalam setengah jasadku.
"Tuhan. Jika memang ini kehendakmu, aku ikhlas menerima semua ini. Jika Kau berkehendak aku mengikuti tes ini, permudahlah. Aku percaya semua yang Kau berikan padaku adalah yang terbaik." Itulah sepenggal do'a yang kupanjatkan sebagai bentuk pengharapan mahluk kepada Sang Khalik.
Tanpa kita sadari,'tangan-tangan' Tuhan mulai bergerak. Menggerakan setiap hati hamba-Nya kepada siapapun yang Dia kehendaki.
Aku masih belum sepenuhnya percaya dengan apa yang tejadi. Tiba-tiba saja, tanpa aku minta. Kakak tiriku mengirim aku uang yang cukup untuk ongkos pulang pergi ke tempat tes. Lebih dari cukup kalau hanya untuk makan dan ongkos. "Dari mana dia tau kalau aku akan berangkat tes?" Sampai sekarang aku masih bertanya-bertanya dari mana kakakku tau aku mau berangkat tes. 'Tangan' itu mulai bergerak lagi dan menunjukan Kekuasaan-Nya. Seolah tak ada hentinya. Dan memang tak pernah berhenti. Tak berhenti hanya disitu, tanteku yang sudah bercerai dari pamanku menawari tempat tinggalnya untuk disinggahi. Kebetulan yang beruntun. Tapi tak ada kebetulan dalam kamus Tuhan. Semuanya telah diatur oleh-Nya. Semua masalah yang aku anggap besar itu sudah mulai terpecahkan satu persatu. Uang dan tempat tinggal tidak menjadi masalah lagi.
".....Tuhan yang menolongku" Tiba-tiba kalimat tersebut meluncur begitu saja dari mulutku. Seolah ditegur oleh Sang Pencipta bahwa sebagai manusia yang beriman kita masih mempunyai Dia. 'Tangan-tangan' Dia masih bertebaran di muka bumi ini. Aku menangis. Menyesali kebodohanku. Mengapa aku hanya bergantung pada ciptaan-Nya. Karena hanya kekecewaan yang kudapat. Tanpa kehendak dari-Nya, semua takkan ada artinya. Aku lupa. Lupa untuk berserah kepada-Nya. Ada rantai yang terputus dalam lingkaran do'a yang kupanjatkan. Berserah kepada-Nya setelah berusaha dan berdoa. Tuhan selalu mempunyai cara yang unik untuk menegur hamba-Nya. Mahluk ciptaan-Nya hanyalah perantara untuk mengantarkan kasih dan sayang-Nya. Esok adalah sapuan awal kuas lukisanku dalam kanvas kehidupan.
***
"Neng mau kemana?" Seorang calo terminal mengejutkan lamunanku.
"Ciroyom mang..." jawabku singkat.
"Ayo Neng satu orang lagi di depan. Langsung berangkat.." Ajak calo tersebut.
Seperti terhipnotis, aku pun mengikuti dari belakang kemana calo itu pergi dan memang masih ada satu bangku yang kosong di depan. Aku mengisi bangku itu dan angkot pun langsung berangkat setelah kuotanya terpenuhi menuju pusat jantung Paris Van Java. Rasa kantuk mulai menyeruak dalam diriku. Angin begitu mebuatku terlena untuk terus menikmati dan terlelap dalam pangkuannya.
"Kita boleh tertidur, tapi 'tangan-tangan' Tuhan tak pernah tidur untuk membantu hamba-hamba-Nya." Begitulah kata-kata pengantar yang aku kutip dari prosa kehidupan dalam kesederhanaan kata.S

Hikmah :
1. Sebagai orang yang beriman kita harus percaya terhadap pertolongan Tuhan.
2. Berusaha, berdo'a dan pasrah merupakan hal yang tak bisa dipisahkan.
3. Jangan pernah berputus asa terhadap rahmat Tuhan, karena 'tangan-tangan' Tuhan itu selalu membantu kita.
4. Berharap banyak pada mahluk hanya akan menimbulkan kekecewaan.

Artikel ini diikutsertakan pada Kontes Unggulan Cermin Berhikmah di BlogCamp

14 comments:

Abdul Cholik said...

Terima kasih atas partisipasi sahabat dalam K.U.C.B
Artikel anda akan segera di catat
Salam hangat dari Markas New BlogCamp di Surabaya

Anonymous said...

sudah saya duga ternyata kang Bibie, semangat ya kang,. semoga menang. si teteh diajakeun atuh haha

Unknown said...

@Pakde Cholik:
BAnyak-banyak makasih pak de atas ACC-nya... Salam hangat juga buat new BlogCamp Surabaya

Unknown said...

@auraman: hahaha..termakasih dah followwww aku au.. ya udah diajakin. tapi belum ada ide cenah

islam mumtaz said...

penuh imajinasi.. terimakasih... bales kunjungan ya ..... moga sukses sama2 kontesnya..

Unknown said...

@ islam mumtaz : terimakasih sudah berkunjung..insyaallah berkunjung.amiiin...

islam mumtaz said...

yups betul tuh, bisa diambil hikmah... berharaplah ma yang maha tidak pernah mengingkari janji... bales balik ya kang... hehehe

Anonymous said...

buloh.... mantap uy....
katularan virus uy batur hehe...

sukses selalu lur....

Hafsa Raqilla Blog said...

subhanallah eum..hebta c ayanng..aku suka banget..top.....

RIo Saputra said...

Tangan-Tangan TUhan itu sangat dekat dengan Orang yang suka berbuat Kebaikan..
Oleh Karena itu, Berbuat Baik adalah sebuah Keharusan bagi orang beriman untuk meraih pertolongan ALLah...

Salam Kenal Mas Hasbulloh,
Semoga Tulisannya Terpilih menjadi Kontes terbaik

Unknown said...

@ islam mumtaz : aduh maaf banget baru dibales nih komennya. Allah SWT tak pernah ingkar janji, semangat ya.. insyaallah ntar berkunjung..

Unknown said...

@ wd : hampura lur, karek dibales.. Katularan nempo batur boga blog + resep nulis.hehehe...
suksesnya..

Unknown said...

@ hafsah audina : Makasi komennya sayang.. yang dirimu juga tak kalah kerennnya..

Unknown said...

@ rio S : Yup bener banget mas rio. sudah sepatutnya kita berbuat baik pada orang lain. agar Allah juga baik pada kita..
salamkenal juga ya...
amiiinn...meskipun tak menang juga tak apa.hehehe

Sukses dan berkarya terus..

Post a Comment

jangan kapok komen lagi.hehehe...