Jan 11, 2011

Pemberian Sederhana


Jam dinding sudah menunjukan pukul 17.47 WIB. Sinar lembayung senja menampakan sesosok bayangan. Bayangan dari seseorang yang terlihat cemas. Peluh membasahi dahinya. Wajahnya tegang dan mulutnya seperti sedang mengatakan sesuatu. Sesuatu yang hanya dimengerti oleh dirinya sendiri. Sesekali pandangannya menerawang jauh, seperti sedang memikirkan sesuatu. "Ah..sudahlah..", lirihnya. Ingin rasanya dia pergi dan merebahkan tubuhnya untuk sekedar melemaskan syarafnya yang tegang.




Pintu ruangannya berdecit, lamunannya buyar. Mata lelahnya tertuju pada pintu yang mulai perlahan terbuka.
"Sudah ketemu is..??" Tanya orang itu yang tiada lain adalah rekan kerjanya.
"Belum pak.. Saya sudah memeriksa semuanya, sudah saya cek satu persatu juga. Tapi hasilnya nihil pak. Uang itu belum ketemu. Bapak bisa bantu saya mencarinya??" Harap Faiz pada atasannya. Faiz.. Begitulah mereka memanggilku. Seorang anak kampung perantau yang bekerja pada sebuah perusahaan jasa pengantaran. Di dalam ruangan berukuran 5m x 2m dia bekerja menjadi staf keuangan. Ruangan yang dijejali dengan tumpukan arsip dan dokumen-dokumen perusahaan.

Warna jingga langit perlahan memudar menjadi gelap, hanya tersisa lembaran-lembaran awan pucat menghiasi sore yang akan berganti malam.
19.13 WIB, Faiz melihat jam tangannya. Waktu yang tak biasa dikesehariannya untuk melakukan aktifitas di kantor.
"Bapak sudah cek semuanya, semuanya memang sudah cocok. Berarti uangnya memang hilang."
"Tapi kita lihat besok saja, mudah-mudah bisa ketemu selisihnya di akuntansi."
"Kita pulang saja sekarang, sudah malam."

Fikiran Faiz masih tertuju pada uang yang hilang itu. Untuk ukuran dia, uang sebesar itu sangatlah berat untuk menggantinya. Dia mulai mengingat satu persatu kejadian yang terjadi hari ini. Tapi memori otaknya terlalu sempit untuk mengingat setiap kejadian. Hayang bayang-bayang kemungkinan dan mereka-reka kejadian "seandainya..".

Malam semakin larut, matanya tak bisa terpejam sedikitpun. Fikiran dan kegundahan tak mau berkompromi dengan syaraf-syaraf yang lelah. Dia putuskan untuk pergi keluar menghirup udara malam. Langkahnya tak tertuju kemana, hanya berjalan dan terus berjalan. Irama binatang malam menjadi simponi kegundahan yang menemani langkahnya yang tak tentu arah.
"Kenapa tak terfikir olehku daritadi.."
"Bodohnya aku.." gumamnya. Matanya berbinar seolah menemukan sebuah harapan. Harapan yang akan benar-benar menolongnya. Dia pun berlari menuju sebuah bangunan. Bangunan yang terletak diseberang jalan itu memiliki atap berbentuk piramida segi empat. Bangunan yang selalu diisi jamaah yang setia kepada Tuhannya. Bangunan yang menjadi tempat untuk menggantungkan harapan-harapan. Tak perlu berteriak untuk memohon pertolongan-Nya, bisikan didalam hatipun terdengar oleh-Nya. Keadilan selalu ditunjukan oleh-Nya.
Didepan pintu depan bangunan itu terdapat kotak bercat hijau bertuliskan "Kotak Infaq". Beberapa lembar uang dia ambil dari dompetnya. Sejenak dia terdiam dan termenung. "Ah..apakah benar?" Ada sedikit keraguan dalam hatinya. Akhirnya dia pun memasukan beberapa lembar uang kedalam kotak infaq sambil berharap semoga Allah SWT menggantinya seperti apa yang telah dijanjikan oleh-Nya. Hanya itu yang dia inginkan, karena hanya itu yang dia butuhkan saat ini.

Keesokan harinya... Apa yang diajanjikan oleh Allah SWT adalah benar adanya. Tiba-tiba bagian akuntansi datang dan mengatakan ada kesalahan angka dalam laporan keuangan yang Faiz buat dan selisihnya sejumlah uang yang hilang kemarin. Subhanallah.. Padahal dihari sebelumnya dua orang telah memeriksa laporan keuangan Faiz dan tak menemukan keganjilan. Tidak ada salah angka. Subhanallah... Tuhan bisa melakukan apapun yang dikehendaki-Nya. Tak ada yang mustahil bagi-Nya.


Sahabatku.. Itulah sekelumit cerita yang terjadi pada diri saya sendiri. Saya merasakan sendiri bagaimana Allah SWT melipatgandakan apa yang telah saya berikan untuk 'orang lain'. 'Investasi' yang benar-benar menguntungkan bukan?

Semoga bermanfaat dan memberikan inspirasi.

(-hasbuloh-)

No comments:

Post a Comment

jangan kapok komen lagi.hehehe...