Jan 17, 2011

Liwet

"Kumaha lamun isukan urang ngaliwet??"1 Tanyaku pada temen-temen seperjungan waktu aku masih tinggal di kampung kecil yang belum terjamah peradaban kota. Aku sangat dekat dengan mereka. Heri, Cahya dan Dani adikku. Biasanya selalu saja ada rencana tiap hari Minggu tiba. Definisi dari ngaliwet adalah sebuah algoritma program dalam pembuatan nasi liwet yang menggunakan fungsi Kastrol, hawu dan prosedur pembakaran kayu bakar. Nasi liwet itu sendiri merupakan kumpulan dari berbagai macam bahan-bahan sederhana yang tanpa perlu kita beli.
Semuanya tersedia secara 'gratis'.

1. Daun Salam. Biasanya kita mencari daun sejenis ini di kebunnya Aki Haji Sunjana (Alm). Daun salam yang sudah kering banyak berjatuhan disana. (free)
2. Cabe rawit. Bahan yang satu ini pasti ada di setiap rumah kami. Biasanya ibuku naruh di besek/pipiti2 bekas. Ya tinggal ambil saja.
3. Roiko. Sebenernya tidak boleh menyebut merk dan saya pun tak di kasih apa-apa dari pihak penyedap rasa ini, hanya ingin menggambarkan keadaan real pada waktu itu.
4. Ikan asin. Mungkin ini satu-satunya bahan yang harus kami beli ataupun kami bisa mendapatkannya secara 'gratis'. Maksud dari gratis disini adalah biasanya aku ngambil ikan asin yang sedang dijemur nenekku tanpa sepengetahuan dia dan yang jadi kambing hitam adalah kucing punya Ceu Enok. Ya paling diuber-uber sama nenekku sambil bawa sapu ijuk. (Maafkan saya kucing, waktu itu saya masih polos..^^)
5. Tomat. Ya tinggal beli di warungnya Ceu Yati. Seratus perak dapat 1 buah. Kadang-kadang dapet bonus 1 lagi.
6. Ketimun (Optional). Kalau di kebun tempat nanti ngaliwet belum ditanam lalapan, terpaksa harus beli di warungnya Ceu Yati lagi.
7. Kerupuk Toros. Ada yang tau apa arti dari toros? Kenapa bisa disebut toros aku juga tak begitu mengerti. Tapi toros merupakan satuan untuk kerupuk yang dibungkus dalam kantong plastik transparan panjang. Mungkin bisa diidentikan dengan satuan lusin untuk sendok atau garpu. Barang yang satu ini memang benar-benar harus beli di warungnya Ceu Yati.
Warung Ceu Yati bisa disebut sebagai pelopor warung modern masa kini. Tempat yang bersih dan murah sudah menjadi standarnya ketika warung itu pertama kali dibuka. Hidup Ceu Yati!! Tapi sekarang dia sudah menutup usahanya, bukan karena bangkrut, tapi pindah rumah.
8. Beras. Bahan dasar dalam pembuatan liwet. Setiap orang membawa satu gelas belimbing dan dipertemukan dalam satu kantong kresek.


Yupp...Bahan-bahan dasar telah terkumpul, selanjutnya adalah perkakas yang wajib ada waktu ngaliwet.
1. Kastrol. Heri biasanya yang kebagian bawa alat ini karena hanya dia yang punya. Bentuknya seperti panci tapi dengan bahan yang lebih tebal. Tersedia dalam berbagai macam ukuran dan desain. Kalau ga ada alat ini, sudah pasti ngaliwet ga akan pernah jadi.
2. Minyak tanah. Diperlukan untuk memicu timbulnya api di hawu yang telah dimsauki kayu bakar.
3. Cowet + mutu. Perkakas untuk membuat sambel. Meskipun hanya sebagai alat mendukung fungsi alat ini sangat esensial sekali. Karena kalau liwet tanpa sambel bagaikan bunga yang tak memberikan wangi.
4. Korek api. Meskipun kecil, tanpa alat ini liwet hanya akan menjadi sekumpulan beras dalam kastrol yang berisi air tanpa bisa dinikmati hanya bisa dipandangi.
5. 'Bedog'. Biasa disebut golok. Berfungsi untuk memotong-motong kayu bakar di kebun dan untuk mengusir tamu yang tak diundang ketika liwet sudah mateng. hahaha...

Ya setelah semuanya siap. Tinggal capcus ke TKP. Kebun neneku yang agak jauh dari pemukiman kampung biasanya selalu dijadikan tempat membuat liwet. Di tempat itu kita bisa membuat liwet dengan tenang dan yang paling penting ga akan ada yang minta selain kita. hahaha..
Teritorial kebunku di sebelah barat berbatasan dengan sawahnya Nini Iti. Sebelah Utara berbatasan dengan 'Kebon awi'3. Ga tau punya sapa. Sebelah selatan berbatasan langsung dengan sawahnya Ceu Ade dan sebelah timur berbatasan dengan jurang.

Untuk menuju ke kebun, kami harus melintasi sawah-sawah warga. Terhampar sejauh mata memandang adalah karpet hijau padi yang baru berumur dua bulan. Di bawah pohon cengkeh kami mulai membuat hawu sendiri dengan cara membuat lubang di tanah dengan bedog. Sebagian ada yang bertugas untuk mencari kayu bakar, memanjat pohon kelapa untuk minum setelah makan dan mencari daun pisang untuk alas makan. Banyak pohon dan ranting kering, tapi kami harus memanjat dulu untuk bisa membawanya. Kayu-kayu bakar itu kami susun di dalam lobang yang telah kami buat. Terkadang butuh usaha ekstra untuk menghidupkan api sampai matapun pedih dan bercucuran air mata. Setelah api menyala kemudian kastrol pun dinaikan ke atas hawu. Satu orang bertugas menjaga hawu dan menjaga supaya api tetap menyala.
"Her, manehnya nu bagean ngajaga"4 Kata kami.
"Heug"5 jawab dia singkat.

Kami mulai berpencar melaksanakan tugasnya masing. Cahya bagian manjat kelapa, Dani bagian nyari kayu dan aku kebagian nyari daun pisang. Sambil menunggu nasi mateng, ngobrol dan bercanda merupakan hal yang mujarab untuk membunuh waktu pada saat itu. Ketika liwet sudah mateng. Nasi liwet ditumpahkan pada daun pisang dan kami makan bersama. Meskipun masih panas, tangan masih kotor oleh arang, semuanya tak menjadi masalah. Kami makan bersama. Jongkok bersama. Bahkan saling berebut kerupuk atau sambal satu sama lain. Jijik? Samasekali tak pernh muncul perasaan seperti itu karena kami hanya anak kampung yang hanya tau bermain, kesenangan dan makan.
Hidangan liwet sederhana kami hanya terdiri dari nasi liwet di atas daun pisang, sambel tomat, kerupuk, lalapan dan ikan asin.

Meskipun sederhana perjuangan untuk membuatnya bukanlah hal sederhana. Kebersamaan itulah yang membuat makanan sederhana menjadi terasa nikamat dan mahal. Bahkan lebih mahal dari makanan yang ada di restoran saat ini. Karena kebersamaan memang tidak bisa dibeli.

3 comments:

Anonymous said...

haha, si bibi membuat nasi liweut,.. kalau mau nyari lalapan di kalimantan kayaknya mudah ya bi, soalnya masih banyak hutan disana.. tapi gambarnya mana tu, curiga gagal haha

Unknown said...

@ au : disini malah susah nyari lalapan au...
itu kan nasi liwet beberapa tahun yang lalu.
yang tahun ini belum buat.hehehe

Unknown said...

jadi kabita umy ge ah..hyong ngaliwetttt,,,,,,

Post a Comment

jangan kapok komen lagi.hehehe...